Memutuskan untuk menanamkan modal adalah langkah yang krusial, baik untuk individu maupun perusahaan. Di tengah lautan pilihan investasi, bagaimana memastikan keputusan yang diambil tepat dan menguntungkan? Di sinilah peran penting kriteria penilaian investasi seperti Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Profitability Index (PI), dan Benefit-Cost Ratio (B/C Ratio) menjadi sangat vital.
Keempat metode ini, bagaikan kompas bagi investor, menuntun kita dalam menganalisis potensi keuntungan dan risiko yang melekat pada setiap investasi, membantu menentukan apakah sebuah investasi layak atau tidak.
Setiap metode memiliki karakteristik dan cara penerapan yang berbeda. Memahami dan menguasai kriteria penilaian ini adalah kunci untuk membuat keputusan investasi yang cerdas dan mengoptimalkan potensi keuntungan. Mari kita bahas lebih lanjut tentang keempat metode ini, mulai dari pengertian, perhitungan, hingga kelebihan dan kekurangannya.
Pengertian dan Penerapan
Dalam dunia investasi, pemilihan proyek yang tepat menjadi kunci keberhasilan. Namun, dengan banyaknya pilihan, dibutuhkan metode yang objektif untuk menilai kelayakan dan potensi keuntungan dari setiap proyek. Metode penilaian investasi seperti Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Profitability Index (PI), dan Benefit-Cost Ratio (B/C Ratio) hadir sebagai alat bantu untuk membantu pengambilan keputusan investasi yang lebih terstruktur dan terukur.
Net Present Value (NPV)
NPV adalah nilai sekarang bersih dari arus kas yang dihasilkan oleh suatu proyek investasi. Metode ini menghitung selisih antara nilai sekarang dari arus kas masuk dan arus kas keluar proyek. Arus kas masuk adalah pendapatan yang dihasilkan dari proyek, sedangkan arus kas keluar adalah biaya investasi awal dan biaya operasional proyek.
Jangan lupa klik museum lampung sejarah koleksi harga tiket jam buka dan rute untuk memperoleh detail tema museum lampung sejarah koleksi harga tiket jam buka dan rute yang lebih lengkap.
Rumus NPV adalah:
NPV = Σ (Arus Kas Periode t / (1 + r)^t)
Investasi Awal
Dimana:
- Σ = Jumlah dari semua periode
- Arus Kas Periode t = Arus kas pada periode t
- r = Tingkat Diskonto
- t = Periode waktu
- Investasi Awal = Biaya awal proyek
Proyek investasi yang memiliki NPV positif dianggap menguntungkan, karena nilai sekarang dari arus kas masuk lebih besar daripada nilai sekarang dari arus kas keluar. Sebaliknya, proyek dengan NPV negatif dianggap tidak menguntungkan.
Anda dapat memperoleh pengetahuan yang berharga dengan menyelidiki teknik mempelajari sejarah dengan benar.
Contohnya, proyek investasi dengan investasi awal sebesar Rp100 juta, dan menghasilkan arus kas sebesar Rp20 juta per tahun selama 5 tahun. Dengan tingkat diskonto 10%, NPV proyek tersebut adalah:
NPV = (Rp20 juta / (1 + 10%)^1) + (Rp20 juta / (1 + 10%)^2) + (Rp20 juta / (1 + 10%)^3) + (Rp20 juta / (1 + 10%)^4) + (Rp20 juta / (1 + 10%)^5)
Rp100 juta
NPV = Rp15,37 juta
Karena NPV-nya positif, proyek ini dianggap menguntungkan.
Internal Rate of Return (IRR)
IRR adalah tingkat diskonto yang membuat NPV suatu proyek sama dengan nol. Dengan kata lain, IRR adalah tingkat pengembalian yang diharapkan dari suatu proyek investasi. Metode ini membantu investor untuk mengetahui tingkat pengembalian yang bisa diperoleh dari investasi tersebut.
Rumus IRR tidak bisa dihitung secara manual, melainkan dengan menggunakan software atau kalkulator keuangan. Namun, secara umum, proyek dengan IRR lebih tinggi dari tingkat diskonto dianggap menguntungkan.
Contohnya, proyek investasi dengan investasi awal sebesar Rp100 juta, dan menghasilkan arus kas sebesar Rp20 juta per tahun selama 5 tahun. IRR proyek tersebut adalah 15%. Jika tingkat diskonto adalah 10%, maka proyek ini dianggap menguntungkan karena IRR lebih tinggi dari tingkat diskonto.
Profitability Index (PI)
PI adalah rasio antara nilai sekarang dari arus kas masuk dan nilai sekarang dari arus kas keluar. PI menunjukkan berapa banyak keuntungan yang dihasilkan untuk setiap rupiah yang diinvestasikan.
Rumus PI adalah:
PI = Σ (Arus Kas Periode t / (1 + r)^t) / Investasi Awal
Dimana:
- Σ = Jumlah dari semua periode
- Arus Kas Periode t = Arus kas pada periode t
- r = Tingkat Diskonto
- t = Periode waktu
- Investasi Awal = Biaya awal proyek
Proyek dengan PI lebih besar dari 1 dianggap menguntungkan, karena nilai sekarang dari arus kas masuk lebih besar daripada nilai sekarang dari arus kas keluar. Sebaliknya, proyek dengan PI kurang dari 1 dianggap tidak menguntungkan.
Contohnya, proyek investasi dengan investasi awal sebesar Rp100 juta, dan menghasilkan arus kas sebesar Rp20 juta per tahun selama 5 tahun. Dengan tingkat diskonto 10%, PI proyek tersebut adalah:
PI = (Rp20 juta / (1 + 10%)^1) + (Rp20 juta / (1 + 10%)^2) + (Rp20 juta / (1 + 10%)^3) + (Rp20 juta / (1 + 10%)^4) + (Rp20 juta / (1 + 10%)^5) / Rp100 juta
PI = 1,15
Karena PI lebih besar dari 1, proyek ini dianggap menguntungkan.
Benefit-Cost Ratio (B/C Ratio)
B/C Ratio adalah rasio antara nilai sekarang dari manfaat proyek dan nilai sekarang dari biaya proyek. Metode ini digunakan untuk menilai kelayakan proyek yang menghasilkan manfaat sosial, seperti pembangunan infrastruktur atau proyek kesehatan.
Rumus B/C Ratio adalah:
B/C Ratio = Σ (Manfaat Periode t / (1 + r)^t) / Σ (Biaya Periode t / (1 + r)^t)
Dimana:
- Σ = Jumlah dari semua periode
- Manfaat Periode t = Manfaat pada periode t
- Biaya Periode t = Biaya pada periode t
- r = Tingkat Diskonto
- t = Periode waktu
Proyek dengan B/C Ratio lebih besar dari 1 dianggap menguntungkan, karena nilai sekarang dari manfaat proyek lebih besar daripada nilai sekarang dari biaya proyek. Sebaliknya, proyek dengan B/C Ratio kurang dari 1 dianggap tidak menguntungkan.
Contohnya, proyek pembangunan jalan tol dengan biaya investasi sebesar Rp1 triliun, dan menghasilkan manfaat berupa penghematan waktu dan biaya transportasi sebesar Rp1,5 triliun selama 10 tahun. Dengan tingkat diskonto 10%, B/C Ratio proyek tersebut adalah:
B/C Ratio = (Rp1,5 triliun / (1 + 10%)^1) + (Rp1,5 triliun / (1 + 10%)^2) + … + (Rp1,5 triliun / (1 + 10%)^10) / (Rp1 triliun / (1 + 10%)^1)
B/C Ratio = 1,36
Karena B/C Ratio lebih besar dari 1, proyek pembangunan jalan tol ini dianggap menguntungkan.
Perhitungan dan Interpretasi
Setelah memahami dasar-dasar dari metode penilaian investasi NPV, IRR, PI, dan B/C Ratio, kita akan mempelajari bagaimana menghitungnya dan menginterpretasikan hasilnya. Penjelasan ini akan membantu Anda dalam menentukan apakah sebuah investasi layak dilakukan atau tidak.
Rumus Perhitungan
Tabel berikut menunjukkan rumus perhitungan untuk setiap metode penilaian investasi:
Metode | Rumus |
---|---|
Net Present Value (NPV) |
|
Internal Rate of Return (IRR) |
|
Profitability Index (PI) |
|
Benefit-Cost Ratio (B/C Ratio) |
|
Interpretasi Hasil Perhitungan
- NPV:
- Jika NPV positif, investasi dianggap menguntungkan karena nilai sekarang dari arus kas masuk lebih besar daripada investasi awal.
- Jika NPV negatif, investasi dianggap merugikan karena nilai sekarang dari arus kas masuk lebih kecil daripada investasi awal.
- Jika NPV sama dengan nol, investasi dianggap netral, tidak menguntungkan maupun merugikan.
- IRR:
- Jika IRR lebih besar dari tingkat pengembalian yang diharapkan (hurdle rate), investasi dianggap menguntungkan karena proyek menghasilkan pengembalian yang lebih tinggi daripada biaya modal.
- Jika IRR lebih kecil dari tingkat pengembalian yang diharapkan, investasi dianggap merugikan karena proyek menghasilkan pengembalian yang lebih rendah daripada biaya modal.
- Jika IRR sama dengan tingkat pengembalian yang diharapkan, investasi dianggap netral, tidak menguntungkan maupun merugikan.
- PI:
- Jika PI lebih besar dari 1, investasi dianggap menguntungkan karena nilai sekarang dari arus kas masuk lebih besar daripada investasi awal.
- Jika PI lebih kecil dari 1, investasi dianggap merugikan karena nilai sekarang dari arus kas masuk lebih kecil daripada investasi awal.
- Jika PI sama dengan 1, investasi dianggap netral, tidak menguntungkan maupun merugikan.
- B/C Ratio:
- Jika B/C Ratio lebih besar dari 1, investasi dianggap menguntungkan karena nilai sekarang dari manfaat lebih besar daripada nilai sekarang dari biaya.
- Jika B/C Ratio lebih kecil dari 1, investasi dianggap merugikan karena nilai sekarang dari manfaat lebih kecil daripada nilai sekarang dari biaya.
- Jika B/C Ratio sama dengan 1, investasi dianggap netral, tidak menguntungkan maupun merugikan.
Contoh Perhitungan dan Interpretasi
Misalnya, sebuah perusahaan ingin menginvestasikan Rp100 juta untuk membangun sebuah pabrik baru. Proyek ini diperkirakan akan menghasilkan arus kas tahunan sebesar Rp30 juta selama 5 tahun. Tingkat pengembalian yang diharapkan (hurdle rate) adalah 10%. Berikut adalah hasil perhitungan menggunakan metode NPV, IRR, PI, dan B/C Ratio:
Metode | Hasil Perhitungan | Interpretasi |
---|---|---|
NPV | Rp15.27 juta | Investasi dianggap menguntungkan karena NPV positif. |
IRR | 15.24% | Investasi dianggap menguntungkan karena IRR lebih besar dari hurdle rate (10%). |
PI | 1.15 | Investasi dianggap menguntungkan karena PI lebih besar dari 1. |
B/C Ratio | 1.15 | Investasi dianggap menguntungkan karena B/C Ratio lebih besar dari 1. |
Berdasarkan hasil perhitungan, semua metode menunjukkan bahwa investasi ini layak dilakukan. Perusahaan dapat melanjutkan proyek pembangunan pabrik baru.
Kelebihan dan Kekurangan
Setelah memahami cara menghitung NPV, IRR, PI, dan B/C Ratio, langkah selanjutnya adalah memahami kelebihan dan kekurangan dari masing-masing metode. Pemahaman ini penting untuk memilih metode yang paling tepat dalam menganalisis suatu investasi, sesuai dengan kebutuhan dan konteksnya.
NPV (Net Present Value)
NPV merupakan metode yang paling umum digunakan dalam analisis investasi. NPV menghitung nilai sekarang dari arus kas bersih yang dihasilkan oleh suatu proyek, dengan mempertimbangkan nilai waktu uang.
- Kelebihan NPV:
- Menghitung nilai sekarang dari semua arus kas, sehingga mempertimbangkan nilai waktu uang.
- Menunjukkan keuntungan atau kerugian bersih dari suatu investasi.
- Mudah dipahami dan diinterpretasikan.
- Mempertimbangkan semua arus kas proyek, baik positif maupun negatif.
- Kekurangan NPV:
- Membutuhkan estimasi yang akurat tentang arus kas masa depan, yang bisa sulit dan tidak pasti.
- Tidak menunjukkan tingkat pengembalian investasi.
- Tidak selalu memberikan informasi yang cukup untuk membandingkan investasi dengan risiko yang berbeda.
IRR (Internal Rate of Return)
IRR adalah tingkat pengembalian yang diharapkan dari suatu investasi. IRR dihitung sebagai tingkat diskonto yang membuat NPV dari proyek sama dengan nol.
- Kelebihan IRR:
- Menunjukkan tingkat pengembalian yang diharapkan dari suatu investasi.
- Mudah dipahami dan diinterpretasikan.
- Mempertimbangkan semua arus kas proyek, baik positif maupun negatif.
- Kekurangan IRR:
- Tidak mempertimbangkan skala investasi.
- Bisa menghasilkan beberapa IRR jika terdapat arus kas yang tidak konsisten.
- Tidak selalu memberikan informasi yang cukup untuk membandingkan investasi dengan risiko yang berbeda.
PI (Profitability Index)
PI adalah rasio antara nilai sekarang dari arus kas masuk dengan nilai sekarang dari arus kas keluar. PI menunjukkan keuntungan yang dihasilkan dari setiap rupiah yang diinvestasikan.
- Kelebihan PI:
- Menunjukkan profitabilitas relatif dari suatu investasi.
- Mudah dipahami dan diinterpretasikan.
- Mempertimbangkan semua arus kas proyek, baik positif maupun negatif.
- Kekurangan PI:
- Tidak mempertimbangkan skala investasi.
- Tidak selalu memberikan informasi yang cukup untuk membandingkan investasi dengan risiko yang berbeda.
B/C Ratio (Benefit-Cost Ratio)
B/C Ratio adalah rasio antara nilai sekarang dari manfaat dengan nilai sekarang dari biaya. B/C Ratio menunjukkan nilai manfaat yang dihasilkan dari setiap rupiah yang diinvestasikan.
- Kelebihan B/C Ratio:
- Menunjukkan nilai manfaat yang dihasilkan dari setiap rupiah yang diinvestasikan.
- Mempertimbangkan semua biaya dan manfaat proyek, baik langsung maupun tidak langsung.
- Kekurangan B/C Ratio:
- Membutuhkan estimasi yang akurat tentang manfaat dan biaya, yang bisa sulit dan tidak pasti.
- Tidak mempertimbangkan nilai waktu uang.
Memilih Metode yang Tepat
Metode yang paling tepat untuk menganalisis suatu investasi tergantung pada konteks dan kebutuhannya. Berikut adalah beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan:
- Skala Investasi:NPV dan B/C Ratio lebih baik untuk investasi berskala besar, sedangkan IRR dan PI lebih cocok untuk investasi berskala kecil.
- Tingkat Risiko:NPV dan B/C Ratio lebih baik untuk investasi dengan tingkat risiko tinggi, sedangkan IRR dan PI lebih cocok untuk investasi dengan tingkat risiko rendah.
- Ketersediaan Data:NPV dan B/C Ratio membutuhkan data yang lebih lengkap dan akurat, sedangkan IRR dan PI bisa digunakan dengan data yang lebih terbatas.
- Tujuan Investasi:Jika tujuan investasi adalah memaksimalkan keuntungan, maka NPV dan B/C Ratio lebih baik. Jika tujuan investasi adalah memaksimalkan pengembalian, maka IRR dan PI lebih baik.
Dalam praktiknya, seringkali lebih baik untuk menggunakan beberapa metode analisis investasi secara bersamaan untuk mendapatkan gambaran yang lebih lengkap tentang suatu proyek. Hal ini membantu mengurangi risiko kesalahan dan meningkatkan akurasi dalam pengambilan keputusan.
Aplikasi dalam Praktik
Metode penilaian investasi seperti NPV, IRR, PI, dan B/C Ratio tidak hanya teori belaka. Mereka adalah alat praktis yang dapat diterapkan dalam berbagai jenis investasi untuk membantu pengambilan keputusan yang lebih baik.
Investasi Properti
Dalam investasi properti, NPV, IRR, PI, dan B/C Ratio membantu Anda menilai profitabilitas potensial dari pembelian properti. Misalnya, Anda ingin membeli sebuah apartemen untuk disewakan. Anda dapat menggunakan NPV untuk menghitung nilai sekarang dari arus kas bersih yang diharapkan dari investasi ini, mempertimbangkan biaya pembelian, biaya renovasi, biaya pemeliharaan, dan pendapatan sewa.
Jika NPV positif, artinya investasi ini menguntungkan. IRR menunjukkan tingkat pengembalian yang diharapkan dari investasi. PI menunjukkan nilai pengembalian atas setiap rupiah yang diinvestasikan. B/C Ratio menunjukkan rasio antara manfaat dan biaya investasi. Dengan menganalisis semua metrik ini, Anda dapat menentukan apakah investasi properti tersebut layak atau tidak.
Investasi Saham
Dalam investasi saham, metode ini dapat membantu Anda memilih saham yang potensial untuk dibeli. Misalnya, Anda ingin membeli saham perusahaan A. Anda dapat menggunakan NPV untuk menghitung nilai sekarang dari arus kas bersih yang diharapkan dari kepemilikan saham tersebut, mempertimbangkan dividen, pertumbuhan harga saham, dan risiko.
IRR menunjukkan tingkat pengembalian yang diharapkan dari investasi saham. PI menunjukkan nilai pengembalian atas setiap rupiah yang diinvestasikan dalam saham. B/C Ratio menunjukkan rasio antara manfaat dan biaya investasi saham. Dengan menganalisis semua metrik ini, Anda dapat menentukan apakah investasi saham tersebut layak atau tidak.
Investasi Bisnis
Dalam investasi bisnis, metode ini dapat membantu Anda mengevaluasi peluang bisnis baru. Misalnya, Anda ingin mendirikan bisnis baru. Anda dapat menggunakan NPV untuk menghitung nilai sekarang dari arus kas bersih yang diharapkan dari bisnis tersebut, mempertimbangkan biaya awal, biaya operasional, dan pendapatan.
IRR menunjukkan tingkat pengembalian yang diharapkan dari investasi bisnis. PI menunjukkan nilai pengembalian atas setiap rupiah yang diinvestasikan dalam bisnis. B/C Ratio menunjukkan rasio antara manfaat dan biaya investasi bisnis. Dengan menganalisis semua metrik ini, Anda dapat menentukan apakah investasi bisnis tersebut layak atau tidak.
Visualisasi Hasil Analisis
Hasil analisis NPV, IRR, PI, dan B/C Ratio dapat divisualisasikan dalam laporan investasi. Misalnya, Anda dapat membuat tabel yang menunjukkan nilai NPV, IRR, PI, dan B/C Ratio untuk berbagai skenario investasi. Anda juga dapat membuat grafik yang menunjukkan hubungan antara nilai NPV dan tingkat diskonto, atau hubungan antara IRR dan PI.
Visualisasi ini membantu Anda memahami hasil analisis dengan lebih mudah dan membuat keputusan yang lebih tepat.
Metode | Nilai | Interpretasi |
---|---|---|
NPV | Rp 1.000.000.000 | Investasi menguntungkan, karena nilai sekarang dari arus kas bersih lebih besar dari investasi awal. |
IRR | 20% | Tingkat pengembalian yang diharapkan dari investasi adalah 20%. |
PI | 1.5 | Setiap rupiah yang diinvestasikan menghasilkan pengembalian sebesar Rp 1.5. |
B/C Ratio | 2 | Manfaat investasi dua kali lipat dari biaya investasi. |
Ilustrasi tabel di atas menunjukkan hasil analisis NPV, IRR, PI, dan B/C Ratio untuk sebuah investasi. Tabel ini menunjukkan nilai masing-masing metrik, serta interpretasinya. Dengan melihat tabel ini, Anda dapat dengan mudah memahami hasil analisis dan membuat keputusan yang lebih tepat.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Hasil analisis NPV, IRR, PI, dan B/C Ratio dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik internal maupun eksternal. Memahami faktor-faktor ini penting untuk membuat keputusan investasi yang tepat dan akurat. Pergeseran dalam faktor-faktor ini dapat berdampak signifikan terhadap hasil analisis dan pada akhirnya, keputusan investasi.
Tingkat Diskonto
Tingkat diskonto merupakan faktor utama yang memengaruhi NPV, IRR, dan PI. Tingkat diskonto mencerminkan biaya modal atau pengembalian yang diharapkan dari investasi alternatif dengan risiko yang sama. Semakin tinggi tingkat diskonto, semakin rendah NPV, IRR, dan PI.
- Contoh:Jika perusahaan memiliki tingkat diskonto 10%, dan proyek investasi menghasilkan NPV positif dengan tingkat diskonto 8%, maka proyek tersebut akan tampak kurang menarik dibandingkan dengan investasi lain yang memiliki tingkat pengembalian yang sama dengan tingkat diskonto perusahaan.
Aliran Kas Proyek
Aliran kas proyek merupakan faktor yang paling penting dalam menentukan NPV, IRR, PI, dan B/C Ratio. Aliran kas proyek adalah aliran uang tunai yang dihasilkan dari proyek investasi selama masa hidupnya. Semakin tinggi aliran kas proyek, semakin tinggi NPV, IRR, PI, dan B/C Ratio.
- Contoh:Jika perusahaan memperkirakan proyek investasi akan menghasilkan aliran kas yang lebih tinggi dari perkiraan awal, maka NPV, IRR, PI, dan B/C Ratio akan meningkat. Sebaliknya, jika aliran kas proyek lebih rendah dari perkiraan, maka nilai-nilai tersebut akan menurun.
Masa Hidup Proyek
Masa hidup proyek adalah jangka waktu di mana proyek investasi menghasilkan aliran kas. Semakin lama masa hidup proyek, semakin tinggi NPV, IRR, PI, dan B/C Ratio. Hal ini karena proyek dengan masa hidup yang lebih lama memiliki lebih banyak waktu untuk menghasilkan aliran kas dan mengimbangi investasi awal.
- Contoh:Proyek dengan masa hidup 10 tahun akan memiliki NPV yang lebih tinggi dibandingkan dengan proyek dengan masa hidup 5 tahun, dengan asumsi semua faktor lain sama.
Tingkat Inflasi
Tingkat inflasi memengaruhi nilai aliran kas proyek di masa mendatang. Semakin tinggi tingkat inflasi, semakin rendah nilai aliran kas proyek di masa mendatang. Hal ini karena nilai uang akan menurun seiring waktu akibat inflasi.
- Contoh:Jika tingkat inflasi 5%, maka aliran kas sebesar Rp100 juta di tahun ke-5 akan bernilai lebih rendah dibandingkan dengan aliran kas Rp100 juta di tahun pertama.
Risiko Proyek
Risiko proyek memengaruhi tingkat diskonto yang digunakan dalam analisis. Semakin tinggi risiko proyek, semakin tinggi tingkat diskonto yang digunakan. Hal ini karena investor menginginkan pengembalian yang lebih tinggi untuk menanggung risiko yang lebih tinggi.
- Contoh:Proyek investasi di industri teknologi yang memiliki tingkat ketidakpastian yang tinggi akan memiliki tingkat diskonto yang lebih tinggi dibandingkan dengan proyek investasi di industri properti yang memiliki tingkat ketidakpastian yang lebih rendah.
Dalam dunia investasi, menentukan pilihan yang tepat adalah seni. Menguasai kriteria penilaian investasi NPV, IRR, PI, dan B/C Ratio, bagaikan memegang kunci untuk membuka pintu menuju keputusan investasi yang bijaksana. Dengan memahami keunggulan dan keterbatasan masing-masing metode, investor dapat melakukan analisis yang komprehensif, menimbang risiko dan potensi keuntungan secara cermat, dan akhirnya mencapai tujuan investasi yang diharapkan.
FAQ Umum
Apakah metode NPV, IRR, PI, dan B/C Ratio selalu memberikan hasil yang sama?
Tidak selalu. Setiap metode memiliki asumsi dan fokus yang berbeda, sehingga hasil yang diperoleh bisa berbeda. Penting untuk mempertimbangkan konteks investasi dan tujuan investor dalam menginterpretasikan hasil masing-masing metode.
Bagaimana cara memilih metode yang paling tepat untuk analisis investasi?
Pemilihan metode tergantung pada konteks investasi, tujuan investor, dan ketersediaan data. Misalnya, jika fokus pada nilai waktu uang, NPV lebih tepat. Namun, jika ingin mengetahui tingkat keuntungan internal, IRR lebih cocok.
Apakah ada metode penilaian investasi lain selain NPV, IRR, PI, dan B/C Ratio?
Ya, ada metode lain seperti Payback Period (PP), Internal Rate of Return (IRR), dan Profitability Index (PI). Setiap metode memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing.